OMNES IN UNITATEM MENJADI MEKAR
Sekira tahun 1977-1978 lahirlah untuk pertama kali majalah resmi Keuskupan Bogor, dulu disebut buletin, dengan nama Omnes in Unitatem. Mengapa nama ini yang dipilih, tentu karena berkaitan dengan sesanti Mgr. Ignatius Harsono, Uskup Bogor pada waktu itu, Omnes in Unitatem (Bersama Menuju Kesatuan). Uskup Harsono memimpin Keuskupan Bogor mulai Mei 1975 sampai dengan Juli 1993.
Buletin Omnes in Unitatem pada awalnya dikelola secara sederhana oleh Pusat Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Bogor (PP Sosek KB) yang dipimpin oleh seorang pastor fransiskan muda, yaitu RP. G.W.J. Ruijs OFM. Saat itu ia menjabat Delsos Keuskupan Bogor. Bentuknya masih sederhana, berukuran A5, dicetak satu warna oleh Percetakan STM Grafika Mardi Yuana. Tim redaksi terdiri dari beberapa orang, antara lain R. Suharlin (alm), Maxi Fuun (alm), F.J.E. Amprijanto, Pasutri Paulus Effendi (rubrik Keluarga), dan Agustinus Surianto (rubrik Mudika).
Agar lebih akrab dengan suasana Jawa Barat, satu-dua tahun kemudian namanya diganti dan disesuaikan, meskipun tanpa upacara bubur merah-putih segala, menjadi Sadayana Ngahiji, yang dalam Bahasa Sunda artinya: “Semua Menjadi Satu”. Namun sayangnya majalah ini tak bertahan lama setelah berganti nama baru karena perpindahan tugas beberapa orang redaksinya. Pater Ruijs OFM berpindah tugas ke Keuskupan Jayapura, Papua.
Hibrida Berita Umat & Sadayana Ngahiji
Dua paroki di kota Bogor, yaitu Katedral dan Sukasari, sejak akhir 60-an memiliki majalah bersama yang bernama BERITA UMAT. Redaktur awal antara lain Br. Tethard BM dan Bram Usmany. Ketika Frater Cyprianus Aoer OFM berpastoral di Katedral, beberapa penulis remaja di Bogor dikumpulkan untuk sekedar pembinaan sederhana. Saya masih ingat, waktu itu selain saya yang aktif menulis di Berita Umat, ada juga Willy Adam (almarhum), Paula Hegelund, Shirley Simatupang, dan lain-lain. Sekitar pertengahan delapan puluhan BERITA UMAT “diceraikan” oleh Paroki Sukasari karena kebijaksanaan pimpinan paroki waktu itu, Pastor Yustinus Semiun OFM.
Sadayana Ngahiji, setelah berhibernasi beberapa tahun, kemudian bermetamorfosis menjadi MEKAR (Media Komunikasi Antar Paroki). Pastor Kornelius Keyrans OFM (Sukasari) yang belum lama pindah tugas dari Paroki Paskalis Cempaka Putih (d.h.Tanah Tinggi, Jakarta) dan Pastor Dominikus Sutejo (Cianjur) ditugaskan bersama-sama menangani Mekar. Mengendarai sepeda motor dengan setia Pastor Sutejo (almarhum) datang ke Bogor untuk rapat persiapan terbitnya Mekar setiap bulan.
Setiap kali terbit, MEKAR memuat suplemen khusus yang ditempelkan pada halaman tengahnya, berisi berbagai info dari tiap paroki. Begitu juga untuk kebutuhan pelayanan informasi Paroki Sukasari yang sebelumnya bersatu di BERITA UMAT kini dimuat dalam sisipan tengah Majalah MEKAR yang notabene adalah majalah Keuskupan Bogor.
Jadi, Majalah MEKAR sebenarnya sebuah majalah hasil ‘hibrida’ Sadayana Ngahiji dengan Berita Umat. Sayangnya hasil hibrida ini tak bertahan lama karena dalam sejarah pertumbuhannya selalu diwarnai masa-masa mekar dan kuncup.
Paroki Sukasari akhirnya pada tahun 1991 melahirkan majalah baru bernama BERITA PAROKI yang dibidani oleh Ibu Conny Susanto (almarhumah) dan Pastor Agustinus Surianto Himawan. Sayangnya, kisah kelahiran BERITA PAROKI ini dimuat dengan cara serampangan oleh panitia 25 Tahun Berita Paroki tahun 2016 yang lalu karena kurang mau menggali info lebih banyak sebagai sumber penulisannya.
Mekar Periode Depok
Majalah Mekar yang sekian lama kuncup akhirnya terbit kembali ketika Bapak R.J. Soesilo dari Paroki Herculanus, Depok, mengambil alih pengelolaannya. Pastor Agustinus Suyatno yang bertugas di Paroki Paulus, Depok, ditugaskan menjadi Delegatus Komsos. Pada tahun 1994 MEKAR mendapat bantuan khusus dari Kongregasi Propaganda Fide di Roma untuk berbagai keperluan pengembangan.
Selama beberapa tahun MEKAR boleh dikatakan menjadi “Mekar Periode Depok” karena ditangani di Depok, di’warnai’ suasana Depok, dicetak dan didistribusikan oleh tim inti yang dimotori langsung oleh Bapak Soesilo.
Periode-periode berikutnya saya hampir tidak memiliki data akurat. Oleh karenanya mari kita kembangkan bersama agar kita punya sejarah yang komplit tentang pertumbuhan majalah Keuskupan Bogor yang sudah hidup-mati sambung-menyambung lebih dari empat dasawarsa. Kepemimpinannya juga silih berganti, seingat saya ada:
- Rama Jimmy Rampengan
- Bapak Dominikus Agus Gunawan
- Rama FX Suyono
- Serta yang lain-lain (saya juga lupa dan tidak tahu detil perkembangan berikutnya)
Kalau ada di antara para pembaca, atau pelaku sejarah pertumbuhan MEKAR yang ingat tahun-tahunnya, ingat berbagai peristiwanya, bagus juga kalau kita lengkapi semua data ini. Nanti setelah banyak sumbangan informasi, saya akan coba edit dan kita terbitkan atau kita muat dalam website Keuskupan Bogor dan lain-lain.
Catatan: Artikel ini ditulis pada 17 Feb 2017 lalu dishare ke milis Clerici dan dikirim juga ke email mereka yang terkait dengan MEKAR, namun tidak pernah ada respons untuk membuat artikel ini menjadi lengkap.
Agustinus Surianto Himawan
Majalah MEKAR sudah sempat sampai Papua, dan kami dulu waktu masih SEKAMI, paling senang untuk membacanya, saya skrg sdh kerja, dan saya harap majalah MEKAR bisa berlanjut lagi, karena sngat menarik bagi anak-anak SEKAMI.
SukaDisukai oleh 1 orang
Mbak Maria dulu dari Keuskupan Bogor atau memang tinggal di Papua yah? Sekarang MEKAR terbitnya dalam bentuk digital, menyesuaikan diri dg situasi & ditangani oleh imam2 millenial sesuai zamannya, haha.. Terima kasih sudah membaca tulisan saya. Sukses selalu. Tuhan memberkati.
SukaSuka