Oleh Agustinus Surianto Himawan
Say it with flower. Begitulah yang sering kita dengar untuk menggambarkan nilai sekumtum mawar, setangkai anggrek, seikat atau mungkin juga sekebun bunga.
Beberapa hari terakhir ini Balaikota DKI dibanjiri karangan bunga papan yang dikirim oleh banyak kalangan untuk menandakan cinta mereka terhadap pemimpinnya, Gubernur Basuki T. Purnama, dan wakilnya Djarot S. Hidayat. Berapa banyak? Konon sampai hari ini sudah melewati 3000 papan yg dipajang bahkan sampai mengelilingi taman Monas.
Ada anekdot, ”kalau mau melihat bunga tulip datanglah ke Belanda; mau menikmati indahnya bunga sakura terbanglah ke Jepang; namun kalau mau berfoto di tengah “kebun bunga papan”, kunjungi Jakarta sekarang. Semua serentak bermekaran pada musim semi 2017 ini.
Barusan saya menyaksikan sendiri, malam minggu ini jalan Medan Merdeka Selatan lalin merayap. Banyak orang menikmati kemacetan dengan sabar, tak rewel membunyikan klakson karena semua memaklumi, sambil menikmati, suasana hati para pelalulintas yang lagi asyik-asyiknya berada di tengah “kebun” bunga papan. Banyak yang berhenti sejenak untuk sekadar berfoto, membuat video pendek sebagai memorabilia tentang tokoh yang mengharu-biru hati masing-masing.
Inilah… sekurang-kurangnya nilai lebih kebun bunga papan DKI. Semua orang gembira, bukan ketakutan. Semua orang bahagia berfoto di tengahnya, bukan menghindar menjauh karena terteror teriakan-teriakan pendemo. Siang hari aktivitas ekonomi, politik, bisnis, bahkan keamanan berjalan dengan normal untuk membawa kemajuan bagi Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya.
Sayang, Pak JK kurang cermat dan bijaksana memandangnya, seolah-olah fenomena ini dianggap buang-buang uang, hanya urusan uang “hasil arisan” bersama masyarakat. Tapi jangan lupa loh, ini bukan kucuran, bahkan gelontoran dana dari tokoh-tokoh di balik layar gonjang-ganjing perpolitikan Indonesia sejak pilpres 2014 lalu. Sayang yah, sebagai pemimpin tertinggi bangsa yang plural telah secara terang-terangan memperlihatkan keberpihakannya.
Sudah saatnya yang tua memberi kesempatan kepada yang muda untuk ambil peranan memajukan bangsa. Belajarlah bijaksana: tut wuri handayani…!
Foto: Ratna Nagawijaya