RAPUH

Dalam persatuan dengan seluruh Gereja, kami merayakan hari yang amat suci ini, saat Tuhan kami, Putra-Mu yang tunggal, menyatukan kodrat kami yang rapuh dengan diri-Nya dan mengangkatnya ke dalam kemuliaan di sisi kanan-Mu” (Communicantes Khusus Hari Raya Kenaikan Tuhan, DSA-1).

Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, doa itu diucapkan oleh semua imam pada Perayaan Ekaristi Hari Raya Kenaikan Tuhan yang setiap tahun jatuh pada hari kamis, tepat hari ke-40 setelah Minggu Paskah Kebangkitan Yesus Kristus.

Sisipan doa pendek ini sarat makna, mengajak orang -apalagi para imam sebagai gembala dan pemimpin- untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik, lebih sempurna, meskipun menyadari betapa kelemahan kemanusiaan selalu membelenggunya.

FB_IMG_1559149836383

“Saya ini kan pemalas, saya ini sombong, saya selalu gagal, saya selalu ketinggalan alias lelet, saya susah bangun pagi sehingga misa sering telat, saya kerja di sini karena terpaksa pada ketaatan, saya banyak dimusuhi teman-teman sendiri, saya bosan, saya jenuh, saya banyak godaan di sini, saya…, saya…, saya….”, itu keluhan-keluhan umum yang sering keluar dari mulut para gembala umat terkait sikap yg kurang dari dirinya. Sebuah kewajaran, karena kerapuhan manusiawinya toh.

Menyongsong Pentakosta

Berkubang dalam kelemahan kemanusiaan bukan ciri manusia sejati. Manusia berbeda sengan makhluk ciptaan lainnya karena ia dibekali akal budi. Juga dibekali suara hati dan kehendak bebas oleh Sang Pencipta.  Ketiga keistimewaan itu menjadi “bekal kodrati” yang menjadikan manusia sebagai puncak ciptaan Allah.

Apalagi, ada Roh Kudus, Roh Allah yang menyatukan segalanya agar efek ganda kesempurnaan kemanusiaan kita semakin nyata, semakin menjadi manusia sejati dan citra Allah. Roh Kudus menggerakkan, sekaligus menyatukan para Rasul untuk ambil bagian dalam perutusan yang diterimanya.

Allah mengasihi manusia ciptaan-Nya lebih dari segalanya: yg jatuh, bangkit, dikuatkan kembali unt melanjutkan perutusannya dalam peziarahan hidup ini.

Jesus Christ (iStockphoto)

Betapa pun rapuhnya diri kita, kemanusiaan kita yang fana ini, namun tetap berkenan di mata Allah. Allah mencintai ciptaannya lebih dari segalanya.

Wow, bayangkan betapa luhurnya keyakinan itu, bahwa Ia menyatukan kodrat kita manusia rapuh dengan diri-Nya agar kita boleh ambil bagian dalam kemuliaan-Nya.

Selamat merayakan Hari Kenaikan Yesus Kristus!

Selamat menyongsong datangnya Roh Kudus pada Hari Raya Pentakosta, hari ke-50 sesudah Minggu Paskah, atau 10 hari lagi dari hari ini.

Jakarta, Hari Raya Kenaikan Yesus, 30 Mei 2019,

Agustinus Surianto Himawan

Tinggalkan komentar