SEABAD MAXIMUM ILLUD
“Kesucian hidup sangatlah perlu. Untuk mewartakan Allah kita harus menjadi manusia milik Allah. Untuk mengajak orang lain membenci kejahatan, kita sendiri harus membenci kejahatan.. Khususnya terhadap orang tidak beriman, di mana mereka digerakkan lebih oleh naluri daaripada akal budi, berkhotbah dengan teladan lebih manjur daripada dengan kata-kata… (MI No. 26)”
Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KKM-KWI) & Karya Kepausan Indonesia (KKI) menyelenggarakan Kongres Misi 2019 sebagai peringatan & perayaan terbitnya “maximum illud”, yaitu Surat Apostolik Paus Benediktus XV tentang karya misi yang ditandatangani pada 30 November 1919. Sumber inspirasi surat Apostolik ini adalah sabda Yesus dalam Injil Markus, “pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada semua makhluk (Mrk 16:15)”.
Kondisi masyarakat dunia akibat Perang Dunia Pertama (28 Juli 1914 – 11 November 1918) turut melatar-belakangi lahirnya Maximum Illud. Melalui Surat Apostoliknya, Paus Benediktus XV menaruh simpati atas penderitaan jiwa-jiwa yang sedemikian besarnya, sehingga kehadiran para misionaris pada masa itu sangat bermanfaat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang menderita. Paus Benediktus XV ingin menguatkan dan menyemangati semua pihak yang berada di garis depan, di tempat-tempat yang jauh dari kemewahan hidup bahwa Allah yang mengurus mereka akan senantiasa menyertai mereka dalam perutusan sucinya itu.
Seratus tahun setelah terbitnya Maximum Illud, Paus Fransiskus mencanangkan untuk menjadikan bulan misi pada Oktober 2019 ini menjadi “bulan misioner luar biasa” agar semangat misioner disegarkan kembali demi pembaruan Gereja, menguatkan iman umat yang melahirkan rasa bangga menjadi orang Kristiani. Dengan mewartakan Injil kita ambil bagian mengejawantahkan tugas mulia yang dianugerahkan Kristus kepada Gereja-Nya. Semangat Surat Pastoral Paus Benediktus XV harus mewarnai kegiatan misioner bahwa mewartakan cinta kasih Allah harus menumbuhkan budaya lokal dan tidak mengimpor budaya luar untuk masuk merusak tatanan tradisi yang sudah ada di suatu tempat.
Surat Apostolik bertajuk Maximum Illud yang tetap penting dan aktual pada masa kini tersebut diterjemahkan dan diterbitkan kembali oleh Departemen Dokumentasi & Penerangan KWI, yang digawangi oleh Rama Andreas Suparman SCJ, pada Juni 2019 sebagai bahan pendukung Kongres Misi 2019.
Kongres Misi 2019
Kongres Misi yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini diikuti oleh wakil-wakil dari 37 keuskupan dan keuskupan agung seluruh Indonesia. Nuntius Apostolik, Mgr. Piero Pioppo, membuka Kongres Misi 2019 pada Kamis, 1 Agustus 2019, dalam perayaan ekaristi meriah yang diadakan di kawasan Ancol, Jakarta, didampingi oleh 5 uskup Indonesia dan 80-an imam. Lima Uskup yang hadir mendampingi Nuntius Apostolik adalah Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka MSF (Uskup Palangkaraya, Ketua KKM-KWI), Mgr. Edmund Woga CSsR (Uskup Weetebula, Sumba), Mgr. Yustinus Hardjosusanto MSF (Uskup Agung Samarinda), Mgr. Aloysius Murwito OFM (Uskup Agats-Asmat), dan Mgr. Pius Riana Prapdi (Uskup Ketapang).

Sekira 400 orang ambil bagian dalam kongres yang berlangsung 4 hari, mulai kamis sore ini sampai hari minggu tengah hari. Tema yang diusung adalah “Dibaptis dan Diutus”. Melalui kegiatan ini, para wakil dari seluruh keuskupan akan mensharingkan pengalaman mereka dalam berkarya-misi di tempatnya masing-masing, tentang segala suka-duka dan harapan yang tumbuh dari gereja setempat, tentang usaha-usaha menumbuhkan semangat misioner di kalangan anak-anak dan kaum muda, dan sebagainya.
Rama Markus Nur Widi, sebagai Sekretaris Komisi Karya Misioner KWI & Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia, bersama staf dan para voluntir misioner dari berbagai latar belakang profesi, mengomandani perhelatan besar Kongres Misi 2019 ini.
Selamat berkongres. Semoga menghasilkan buah-buah pembaruan dalam hidup menggereja. Tuhan memberkati.
Jakarta, 2 Agustus 2019
Agustinus Surianto Himawan