ELIZABETH RETNO TRISTIJANTINI

Lahir di Medan, 11 Juni 1967, sebagai anak ke-3 dari 4 bersaudara, dua kakak laki-laki dan satu adik perempuan. Pendidikan dasar dan menengah ditempuhnya di Jakarta, yaitu di SD Regina Pacis, SMP Regina Pacis, dan SMA St. Ursula. Setamat SMA ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Dari database alumni Atma Jaya diinfokan ia menyelesaikan studi sarjananya pada 10 Juli 1990.

Sebagai orang muda yang masih penuh semangat, ia mulai meniti kariernya di PT Bank Danahutama (1991-1998), lalu berpindah sejenak ke PT Astra CMG Financial (1998-1999) dan PT Sinar Mentari Pratama (1999-2000), sebelum menemukan tempat berkarier yang paling pas bagi dirinya. Pada 1 Maret 2000 ia mulai bekerja di lingkungan kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sebagai staf pada Jaringan Mitra Perempuan (JMP), lembaga di bawah LPPS-KWI. Tahun 2002 JMP menjadi Sekretariat JMP yang langsung berada di bawah KWI. Beberapa waktu kemudian JMP berubah menjadi Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP). Sejak 14 Maret 2011 ia dipindahkan ke Bagian Keuangan KWI untuk menangani bidang yang lebih spesifik dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu keuangan dan bidang pengelolaan investasi.

Di tempat inilah dia bergumul dengan berbagai masalah konkret: berhadapan dengan atasan yang berbeda-beda karakternya, mengurus persoalan investasi yang amat menyita waktu dan konsentrasinya karena harus wara-wiri bertemu dengan para manajer investasi, notaris, bank, dan berbagai pihak lainnya. Belum lagi di internal tempat kerjanya, yang hampir semuanya perempuan, menuntutnya memiliki kekuatan batin dan ketegaran sikap super luar biasa.

Dalam kesibukan di tempat kerjanya kadang ia merasa sendirian. Sejatinya, sebagai orang yang dipercaya mengadministrasikan pengelolaan investasi memang ia dituntut untuk dapat menutup mulutnya rapat-rapat. Di sisi lain, sikap seperti ini bisa disalahartikan sebagai sikap angkuh oleh mereka yang tidak memahami pekerjaannya. Bahkan juga saat ia sakit, tak banyak orang tahu tentang situasi batinnya.

20180618_172544

Retno menyembunyikan penyakitnya dengan berbagai cara dan alasan, karena ia tidak mau merepotkan orang lain. Teman-teman, bahkan juga atasan-atasannya, yang memperhatikan perubahan fisiknya yang semakin kurus dan lemah pada 2018 ini, tak berhasil membujuk Retno untuk mengungkapkan tentang apa yang sesungguhnya terjadi dalam dirinya.  “Saya sehat, hasil tes darah dan analisis dokter juga baik-baik saja, hanya susah tidur dan tak ada selera makan”, itu jawabannya setiap kali diminta periksa kesehatan ke dokter.

Keterbatasan kemampuan fisik jualah yang akhirnya mengakhiri kekokohan hatinya untuk berjalan sendirian. Setelah sekira dua minggu tak masuk kerja akibat kondisi fisiknya sudah amat lemah, akhirnya ia berhasil dibujuk oleh Sr. Yulia PBHK dan Ibu Notaris Ertri Wianti untuk menjalani perawatan di RS Dharmais pada Jumat, 8 Juni 2018 .

Sakramen Pengurapan orang sakit diterimanya pada hari ulang tahunnya yang ke-51, Senin sore, 11 Juni 2018. Wajahnya ceria saat turut larut dalam doa-doa. Bisa jadi ini menjadi kado ulang tahun terindah baginya. Ketika teman-temannya datang menjenguk dan merayakan ulang tahunnya senin  sore itu, ia tampak bahagia. Ia meminta temannya memotong dan  membagikan kue ultahnya untuk saya yang baru saja mengurapinya dengan minyak orang sakit, kepada para suster, dan para tetamu lainnya.

Pada Selasa sore (12 Juni) ia dipindahkan ke ruang HCU (High Care Unit) karena kondisi pra-coma yang terjadi sejak pagi harinya. Sampai saat itu dokter belum bisa melakukan tindakan medik untuk CA-nya karena harus memulihkan fisiknya dulu. Namun alat-alat medik sederhana sudah dipasang, seperti surgical drain, selang oksigen, oximeter, dan lain-lain. Analisis sementara, CA sudah pada taraf metastasis ke paru, liver, dan lain-lain.

Rabu, 13 Juni 2018, pukul 05.05, didampingi kakaknya yang setia mendampinginya, dengan tenang ia kembali keharibaan Sang Khalik, Asal & Tujuan Manusia.

Siang harinya di Rumah Duka Dharmais Ruang J diadakan ibadat sabda yang dipimpin oleh Romo Christian Siswantoko (Sekretaris Komisi Kerawam KWI) dan dihadiri oleh keluarga besar karyawan KWI. Pukul 19.00 diadakan misa requiem dan pemberkatan jenazah yang dipimpin oleh Romo Yohanes Maryono SJ (Kepala Bagian Keuangan KWI) dan Romo Agust Surianto H (Kepala Bagian PSDM-PU-TG KWI). Kamis, 14 Juni, pukul 08.30 diadakan misa pemberangkatan yang dipimpin oleh Romo Derikson Turnip CICM (Pastor Paroki Slipi) dan Romo Siprianus Hormat (Sekretaris Eksekutif KWI). Tepat pukul 10 jenazahnya diberangkatkan menuju TPU Pondok Ranggon, Cibubur.

Retno Tristijantini, beristirahatlah dalam damai di rumah Bapak Surgawi. Jadilah pendoa bagi keluargamu, juga bagi kami rekan-rekan kerjamu di Kantor KWI agar kami semua bisa melayani dengan lebih baik lagi, lebih kokoh dalam membina persaudaraan di komunitas kantor KWI.

Jakarta, 14 Juni 2018

Agust Surianto Himawan

Tinggalkan komentar