PERAYAAN SANTO MATIAS RASUL
DALAM SUASANA PANDEMI COVID-19
Kamis, 14 Mei 2020, sedikit berbeda dan istimewa karena liturgi Gereja Katolik merayakan Pesta St. Matias Rasul, sambil melaksanakan anjuran Paus Fransiskus untuk berdoa, berpuasa, bermatiraga dan melakukan amat kasih demi kebaikan seluruh umat manusia.
St. Matias Rasul, siapakah dia? Dalam bahasa sederhana, Matias adalah salah seorang murid Yesus yang “menang undian”, dipilih menggantian Yudas Iskariot yang berkhianat lalu bunuh diri. Jadi, St. Matias menggenapi kembali jumlah 12 orang rasul.
Sesederhana itu kah? Hanya gegara menang undian ia lalu dipilih menjadi rasul? TIdak. Ia bukan orang sembarangan karena ke-11 rasul lainnya mensyaratkan pengganti Yudas harus dari kalangan yang telah mengikuti proses pemuridan (nyantrik) bersama Yesus Sang Guru, sejak pembaptisan-Nya sampai kenaikan-Nya ke Surga. Proses pemilihan dilakukan dengan cara istimewa yaitu dengan doa memohon bimbingan Allah untuk bisa memilih dengan tepat (Kis 1:15-26).
Sebagaimana para rasul murid Yesus lainnya, Matias hidup pada abad pertama, mengalami pergumulan awal dalam pertumbuhan Gereja Perdana. Ia wafat sekira tahun 80 di Yerusalem, namun ada juga dugaan di Colchis (Kolkhis, Georgia, masa kini). Sebagai penghormatan bagi Santo Matias, rasul penggenap angka pada kelompok duabelas, Gereja Katolik Roma dan Gereja Anglikan mendedikasikan perayaannya setiap tanggal 14 Mei. Sedangkan dalam tradisi Gereja Ortodoks Timur, perayaannya diadakan setiap tanggal 9 Agustus.
Santo Matias Rasul adalah orang suci pelindung para pekerja bangunan, sehingga lambang dirinya adalah kapak, kadang dilambangkan dengan kapak dan buku putih terbuka.
Stained glass St. Matias Rasul di Gereja Katedral Norwich, Norfolk, Inggris (foto: Alamy Stock Photo)
Hari ini, bersama umat beragama lainnya di seluruh dunia, kita memohon kepada Allah Yang Mahakuasa untuk melindungi seluruh dunia, membantu kita mengatasi pandemi coronavirus (Covid-19), “…agar setelah krisis pandemi ini berakhir, dunia kita menjadi tempat yang lebih baik dari sebelumnya untuk kemanusiaan dan untuk persaudaraan kemanusiaan sejati (lih. Komunike Komite Tinggi untuk Persaudaraan Manusia, dalam kaitan dengan perwujudan Dokumen Abu Dhabi).”
Pemimpin Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, seorang gembala yang amat berpengalaman “berpastoral di lapangan”, bukan hanya jago teori ilmu-ilmu ketuhanan, banyak melakukan terobosan pastoral agar kehadiran Gereja sungguh-sungguh dirasakan di akar rumput, di masyarakat luas. Gereja hadir sebagai tanda keselamatan bagi dunia yang membawa pesan-pesan perdamaian bagi segala makhluk.
Presiden Joko Widodo, Wapres KH Ma’ruf Amin, Kepala BNPB Doni Monardo, dan Menteri Agama Fachrul Razi, bersama para menteri dan pimpinan lembaga tinggi negara, pagi ini mengadakan Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan secara virtual. Enam tokoh agama turut memberikan pencerahan dan memimpin doa, yaitu Kardinal Ignatius Suharyo (Katolik), KH M. Quraish Shihab (Islam), Ida Pedanda Nabe Gede Bang Buruan Manuaba (Hindu), Bhikku Sri Pannyavaro Mahathera (Buddha), Pendeta Ronny Mandang (Protestan), dan Budi S. Tanuwibowo (Khonghucu).
Flyer digital kegiatan “Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan’, yang diedarkan secara viral ke berbagai media sosial
Di Gedung KWI, dalam suasana penerapan protokol kesehatan yang dianjurkan dalam rangka PSBB, enam karyawan yang harus piket melayani kebutuhan Gereja & Masyarakat melalui kantor ini, tepat tengah hari ini merayakan ekaristi dengan intensi yang sama.
Semoga gema doa dan kegiatan bersama lintas agama yang dilakukan di seluruh dunia menjadi usaha nyata seluruh umat manusia untuk “mengetuk pintu surga” memohon campur tangan Allah bagi keselamatan semesta.
Jakarta, 14 Mei 2020
Agustinus Surianto Himawan