GEREJA KATEDRAL BOGOR
Sejarah & Latar Belakang Pembangunannya
Mengapa saya menulis dan menerbitkan buku ini? Saya ingin meluruskaan sejarah yang keliru, yang dulu tahun 90-an, saya dan kawan-kawan menganggapnya sebagai kebenaran saat menerbitkan beberapa buku terkait Gereja Katedral dan Keuskupaan Bogor.
Sumber referensi untuk menulis pada masa itu hanya perpustakaaan ala kadarnya, tapi kini situasi jauh berubah. Kita bisa mengakses sumber-sumber valid dari berbagai dokumen penting di museum-museum Belanda, dari buku atau dokumen di berbagai perpustakaan dunia, dan lain-lain.
Awal Mei saya dikontak Tim Komsos Katedral Bogor untuk ikut menulis buku 125 Tahun Katedral Bogor yang akan terbit Desember 2021 ini. Ada segudang pertanyaan yang mereka berikan untuk saya jawab sebagai bahan baku bagi mereka nanti. Ketika saya mulai mengumpulkan bahan, saya menemukan beberapa info valid yang bertolak-belakang dengan kebenaran yang diyakini selama 30 tahun terakhir.

Gereja Katedral Bogor ternyata belum 125 tahun usianya. Awal Juni 2021 saya mengontak Tim Komsos agar adakan FGD lagi untuk menyesuaikan acara dengan temuan baru. Akhir Juni saya serahkan 6 bab naskah awal saya kepada mereka. Apakah temuan baru yang saya sampaikan menjadi pertimbangan mereka, atau the show must go on karena persiapan segala-galanya sudah berlangsung lama.
Dalam ketidakpastian itulah maka saya memutuskan untuk menerbitkan naskah saya secara mandiri karena saya khawatir tim di Bogor hanya akan mencomot-comot sebagian saja yang sinkron dengan sikap mereka merayakan 125 tahun. Tujuan untuk mengoreksi sejarah yang keliru menjadi jauh panggang dari api.
Naskah awal 6 bab itu saya perbaiki dan lengkapi dengan data-data baru yang terus-menerus saya temukan sampai akhir Juli. Mid Agustus terbitlah buku mandiri tersebut. Rencana 1000 eksemplar akan saya bagikan gratis demi mengubah ‘keyakinan’ yang keliru itu. Namun karena dana bantuan yang saya miliki terbatas, akhirnya saya hanya membeli 500 untuk dibagi-bagikan gratis ke banyak pihak agar ‘kebenaran’ dapat bergulung-gulung bagaikan ombak di tepi pantai, menyiram dan membasahi akal budi kita yang telah 30 tahun tercemar oleh kekeliruan.

Penerbit OBOR bersedia menerbitkan buku ini namun saya mewanti-wanti agar harga jual buku tidak boleh mahal karena tujuan penerbitannya untuk sosialisasi tentang sejarah Gereja Katedral yang terbaru, berdasarkan temuan bukti-bukti sejarah yang menyertai perjalanan kehadirannya di Bogor.
Gereja tua yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya oleh Pemerintah RI ini dibangun atas prakarsa Mgr. M.J.D. Claessens pada tahun 1904, selesai dan diresmikan pada Minggu, 12 Februari 1905 oleh Mgr. E.S. Luypen SJ, Vikaris Apostolik Batavia saat itu. Arsitek yang merancang dan menangani pembangunannya adalah M.J. Hulswit.
Sejarah bisa merupakan l’histoire-réalité, yang memuat kenyataan, apa adanya, mengikuti peristiwa yang nyata; bisa juga sebagai l’histoire récitée, yaitu sebagaimana yang diceritakan oleh sang penutur. Selalu ada jurang antara keduanya akibat interpretasi sang penutur yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Maka penulisan sejarah seharusnya bisa mendekatkan yang diceritakan (histoire récitée) dengan kenyataan (l’histoire-réalité) yang terjadi di masa lalu.
Apa yang saya lakukan saat ini adalah menulis ulang sejarah tentang gereja, yang kini dinamai Gereja Katedral Bogor, dari sisi kebenaran faktual, mengandalkan data valid dari sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sebagai l’histoire-réalité. Namun bagaimana kalau sekian tahun ke depan ditemukan data valid lainnya lagi? Yah, gampang saja, tulis kembali revisi berdasarkan fakta temuan baru itu toh.

Tahun 90-an kita tidak pernah membayangkan bahwa suatu ketika, di masa depan, kita bisa menemukan surat kabar yang terbit di Batavia pada hari Senin, 13 Februari 1905, yang memuat berita tentang pemberkatan Gereja Bunda Hati Kudus di Buitenzorg sehari sebelumnya, yaitu pada Minggu, 12 Februari 1905. Tak terbayang bahwa suatu ketika kita juga bisa mengakses dokumen “Deskripsi Singkat Harta Milik Belanda di Luar Negeri” (terbit di Groningen tahun 1846), yang kini menjadi koleksi British Museum.
Kini kita juga bisa membaca dokumen tentang karya misi di Hindia Belanda awal abad XX (terbit September 1922), yang menjadi koleksi The University of Chicago Libraby.
Melalui buku tua terbitan L.C.G. Malmberg, Nijmegen (1908), yang kini menjadi koleksi University of Michigan Libraries, kita juga bisa menelaah berbagai persoalan misi Gereja Katolik sepanjang satu abad (1808-1908) sejak terbentuknya Prefektur Apostolik Batavia sebagai buah nyata pencanangan kebebasan beragama oleh Ludewijk Napoleon (pemeluk Katolik yang menjadi Raja Belanda sejak 1806) di Belanda dan seluruh tanah kolonisasinya. Perpanjangan tangannya di Hindia Belanda adalah H.W. Daendels yang menjadi Gubernur Jenderal pada 1805-1811. Namun, misi Katolik tetap mendapat tekanan dari para penguasa, sekurang-kurangnya sampai 1889, ketika Buitenzorg ditetapkan secara resmi sebagai Stasi Tetap oleh pemerintah Hindia Belanda dan diizinkannya pastor Katolik menetap di sini.
Dunia dan peradaban terus berubah. Jalani saja. Masuki dan berenanglah di dalamnya agar bisa kita cecap dan nikmati keindahannya.

Tahun depan rencananya buku ini akan saya serahkan kepada berbagai situs perpustakaan dan museum dalam bentuk PDF-nya. Agar buku ini bisa diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja, sebagaimana saya bisa mengakses dokumen dan buku kuno dari situs-situs di seluruh dunia untuk menulis sejarah Katedral ini.
Mari kita bersama-sama membuka mata dan hati untuk mau belajar dari sejarah masa lalu. Sejarah yang l’histoire récitée namun selalu dilakukan pengkinian datanya agar menjadi sejarah yang l’histoire-réalité.
Semoga…!
Batavia, 29 September 2021
Rm. Agust Surianto Himawan
johanesamprijanto@gmail.com
SukaDisukai oleh 1 orang
Matur nuwun nggih, Mas Amprijanto
SukaSuka