PESTA PERAK SEKSAMA & PESTA EMAS INTER MIRIFICA

Oleh: Agustinus Surianto Himawan

“Mewartakan Melalui Buku Rohani – Sebuah Usaha untuk Bangkit Kembali” adalah semboyan penyemangat para awak penerbitan yang tergabung dalam SEKSAMA. Banyak orang tidak tahu benda apa itu? SEKSAMA (Sekretariat Bersama) lahir pada 28 November 1988. Terbentuknya SEKSAMA  karena keprihatinan para pemimpin penerbit milik lembaga Katolik terhadap kerasulan buku yang diembannya.

Perkembangan zaman menuntut perubahan. Perubahan harus membawa hasil positif bagi semua pihak. Dalam bidang pengembangan iman, penerbit-penerbit buku rohani juga harus mengikuti perkembangan zaman agar karya kerasulannya yang khas itu dapat berdaya guna. Perubahan dan persaingan yang sangat ketat telah menuntun penerbit-penerbit buku yang dikelola oleh lembaga-lembaga Gereja Katolik untuk mulai bekerja sama. Apalagi disadari pada saat itu betapa lemahnya dukungan dari kalangan internal Gereja Katolik, baik dari umat awam maupun dari hierarki.

Tumbuh kesadaran dalam diri para pimpinan penerbit untuk berjalan bersama sebagai teman seperjalanan, bukan sebagai pesaing yang harus dikalahkan. Mereka membentuk SEKSAMA, yang artinya Sekretariat Bersama Penerbit Katolik Indonesia. Melalui penerbitan buku yang tepat dan berkualitas, mereka ingin bekerja sama, bahu-membahu dengan berbagai komponen yang ada di dalam Gereja untuk membangun Kerajaan Allah. Siap “berkompetisi” dalam meningkatkan kualitas terbitan dan pelayanan bagi umat Katolik dan bangsa Indonesia.

Rencana membentuk SEKSAMA dibahas dalam pertemuan awal di Yogyakarta pada pertengahan 80-an, yang dihadiri 7 penerbit milik lembaga Gereja, yaitu Kanisius, HIDUP,  Dioma,  CLC, Nusa Indah, CTC Bina Tama dan OBOR.

20171029_211610
Perayaan Pesta Perak SEKSAMA dirayakan bersamaan dengan Pesta Emas Inter Mirifica di Gedung KWI, Cut Meutia 10 Jakarta Pusat

Beberapa waktu kemudian dalam pertemuan di PUSKAT, Yogyakarta, 28 November 1988, dideklarasikan berdirinya SEKSAMA oleh 6 penerbit yang diwakili oleh Subroto Widjojo SJ, Hadi Subrata, Suryo Sularso, Henri Daros SVD, Anton Gunawan O.Carm, Albertus Irwanto O.Carm, John Tondowidjojo CM, F.X. Totok Kusdianto, J. Lampe SJ, R.P.S. Padmabusana, Y.B. Priyanahadi, dan I. Puja Raharja. Penerbit CLC yang pada pertemuan persiapan diwakili oleh Laurentia Swanny tidak hadir saat deklarasi ini dan atas pertimbangan tertentu tidak ikut bergabung. Keanggotaan menjadi genap 7 penerbit setelah Bina Media Perintis (Medan), yang dikelola oleh para Kapusin bergabung sekitar sepuluh tahun kemudian.

SEKSAMA ingin mengampanyekan pentingnya buku sebagai sarana pendalaman iman. Maka pada waktu itu muncul istilah “kerasulan buku” di kalangan internal Katolik, yang bertujuan meyakinkan umat dan para gembala tentang pentingnya membaca buku (rohani) bagi pertumbuhan dan perkembangan iman Katolik. Tiap penerbit saling mempromosikan dan memasarkan buku-buku terbitan anggota SEKSAMA dalam berbagai kesempatan yang diadakannya.

Secara periodik diadakan pertemuan SEKSAMA untuk membicarakan berbagai kerja sama yang akan dilaksanakan guna “mengumatkan” buku-buku rohani di internal Gereja Katolik. Para pimpinan penerbit yang tergabung dalam SEKSAMA juga secara berkala mengadakan Rapat Pimpinan (Rapim).

Setelah RAPIM tahun 2007 di Samadi Klender, Jakarta Timur, SEKSAMA mengalami kevakuman. Karena inisiatif beberapa orang muda yang bersemangat, pada 28-29 Oktober 2011 Rapim SEKSAMA kembali diadakan di Susteran Dominikanes, Maguwoharjo, Yogyakarta. SEKSAMA bangkit kembali. Rapim diikuti lengkap oleh tujuh pimpinan penerbit anggota SEKSAMA. Menghadirkan dua pembicara penting, yaitu Bapak Y.B. Priyanahadi dan Rm. John Tondowidjojo CM . Kedua pembicara yang merupakan saksi, sekaligus pelaku sejarah kelahiran dan pertumbuhan SEKSAMA ini mengajak peserta mengadakan kilas-balik atas keberadaan SEKSAMA.

20171029_211311
Suplemen JEJAK pada Majalah HIDUP mengabadikan perjalanan 25 tahun SEKSAMA dan profil masing-masing penerbit yang bergabung di dalamnya

Kerasulan Buku

Berbagai langkah dan kegiatan bersama ingin dihidupkan lagi untuk mengampanyekan pentingnya “kerasulan buku” bagi kehidupan menggereja. SEKSAMA harus dapat berperan mendorong Gereja Katolik Indonesia dari “Gereja yang (hanya) Mendengarkan”, menjadi “Gereja yang Membaca” juga, karena dengan membaca (buku-buku rohani berkualitas) akan terbangun Gereja yang beriman mendalam, berpengetahuan luas, dan berjiwa misioner.

Untuk tujuan mulia tersebut, SEKSAMA tak dapat sendirian. Harus ada dukungan yang kuat dari Hierarki. SEKSAMA membutuhkan Hierarki untuk sanggup melaksanakan tugas perutusan & kerasulan di bidang media komunikasi melalui buku-buku rohani. Sebaliknya, Hierarki juga membutuhkan SEKSAMA (sebagai perpanjangan tangannya) untuk menyiapkan berbagai buku yang dibutuhkannya dalam tugas penggembalaannya.

Dalam Surat Gembala KWI pada Hari Komunikasi Sedunia, 23 Mei 1993, yang ditandatangani oleh Mgr. J. Darmaatmadja SJ dan Mgr. M.D. Situmorang OFM.Cap, sebagai Ketua dan Sekjen KWI, disinggung panjang lebar tentang pentingnya karya kerasulan di bidang komunikasi massa (di Indonesia) karena merupakan amanat Konsili Vatikan II (Dekrit Inter Mirifica). Melalui Komisi Komsos, KWI ingin menghadirkan diri secara nyata dalam pendampingan insan-insan yang bergerak dalam karya pewartaan ini. Penerbit-penerbit Katolik diajak menerbitkan buku-buku yang bermutu. Toko-toko buku Katolik pun harus menyediakan buku-buku yang mendukung perkembangan iman, pengetahuan, wawasan dan watak umat dan masyarakat.

Melalui SEKSAMA diharapkan lahir berbagai kerja sama demi meningkatkan mutu pelayanan di bidang pewartaan ini. Maka, kehadiran penerbit anggota SEKSAMA dalam berbagai kesempatan (bedah buku, pameran, seminar, tepas, pertemuan imam, dan lain-lain) sebaiknya tak dipandang sekedar “ingin mencari uang”, atau sekedar “ingin berjualan di bait Allah”, karena penerbit-penerbit ini mengemban tugas perutusan khusus dalam bidang pewartaan melalui (media) buku-buku rohani. Bukankah penerbit-penerbit ini, kini telah tumbuh menjadi milik Gereja, telah menjadi “Aset Gereja Katolik Indonesia”, bukan lagi milik lembaga-lembaga yang melahirkannya. Dukungan dari hierarki diharapkan dapat menumbuhkan “sikap memiliki”, dan “sikap membutuhkan” di kalangan umat Katolik.

Refleksi Bersama

Beberapa hal yang mencuat dalam refleksi bersama saat 3 tahun berturut-turut mengadakan Rapim antara lain: Peranan SEKSAMA sebagai forum advokasi, sosialisasi, & mediator harus terus menerus diberdayakan, baik di dalam lingkungan Gereja, maupun di luar Gereja. Banyak pihak yang belum menyadari kekhasan karya (Gereja) yang diemban oleh penerbit-penerbit anggota SEKSAMA, sehingga kehadiran penerbit-penerbit ini sering disamakan dengan penerbit-penerbit buku umum, atau penerbit-penerbit buku rohani milik perorangan.

Orientasi karya yang nampaknya berada di persimpangan jalan (antara bisnis dan pewartaan) hendaknya tak perlu ada lagi kalau tiap penerbit kembali pada hakikat pendiriannya, semua berada dalam “satu perutusan” meskipun masing-masing ambil bagian dengan berbagai karya yang khas. Penerbit yang lebih besar membantu yang lebih kecil, misalnya dengan menyertakan penerbit yang lebih kecil masuk jaringan marketing kelompok TB Gramedia dengan sistem “B2B Commerce” (yang mengelola relasi bisnis secara digital) melalui penerbit yang lebih besar untuk meringankan beban biaya.

SEKSAMA diharapkan pro aktif ambil peranan dalam berbagai kegiatan IKAPI, Christian Book Fair, dan lain-lain. Bahkan suatu ketika juga harus bisa mengadakan Catholic Book Fair yang disiapkan dengan matang. Pengurus SEKSAMA yang baru dibentuk diharapkan dapat menjalin (kembali) relasi yang khas dengan Komisi Komsos KWI, yang dalam sejarahnya dulu turut ambil bagian melahirkan dan membesarkan SEKSAMA.

SEKSAMA dengan bantuan dua penerbit yang ada di Jakarta (OBOR dan Hidup)  siap sebulan sekali mengirimkan dan men-display setiap buku baru yang diterbitkan oleh anggotanya di area kantor pusat KWI (Cut Mutiah) sebagai fasilitas umum (fasum). Dan setelah sebulan berada di area umum, buku-buku tersebut dapat didokumentasikan dalam perpustakaan Dokpen KWI.

Pesta Perak

Rapim tahun lalu direncanakan akan diadakan di Medan untuk menyapa Sumatera Utara dan sekitarnya, tetapi akhirnya batal karena ada kekurangsiapan tuan rumah. Maka para pimpinan SEKSAMA memutuskan mengadakan Rapim Tahunan di Wisma Erema, Cisarua, Bogor, 4-6 Oktober 2012.

Rapim 2012 diwarnai evaluasi perjalanan karya selama setahun terakhir, menyusun langkah strategi kerja sama di masa mendatang, menyiapkan diri untuk memasuki era buku digital, yang sudah tak dapat ditolak lagi oleh para penerbit buku di manapun saat ini. Tak kalah penting adalah mengisi momentum Pesta Perak Seksama, yang jatuh pada bulan November 2013 dengan berbagai kegiatan, antara lain:

  • Rebranding SEKSAMA melalui berbagai aktivitas & promosi bersama, maupun aktivitas & promosi di masing-masing penerbit.
  • Pameran bersama Catholic Book Fair di Malang yang akan dikoordinasikan oleh Penerbit Dioma.
  • Memanfaatkan secara maksimal momentum Hari Komunikasi Sedunia 2013 dan Tahun Iman untuk melakukan gerakan “Gereja yang Membaca”, bekerja sama dengan Komisi Komsos KWI & Komisi Komsos Keuskupan.
  • Mematangkan persiapan memasuki era e-Book melalui pembelajaran bersama Digital Publishing yang dikoordinatori oleh Kanisius.
  • Majalah HIDUP menyediakan “kanal buku Katolik” untuk mempromosikan buku-buku rohani Katolik.
  • Penerbit OBOR mempromosikan SEKSAMA dengan membawa serta produk-produk unggulan anggota SEKSAMA dalam forum CBGF (Christian Book & Gift Fair) di Mall of Indonesia, Kelapa Gading Jakarta, 7-16 Desember 2012.
  • Mematangkan konsep AD/ART SEKSAMA dan konsep Kode Etik Penerbit Katolik dalam SEKSAMA.
  • Menyiapkan diri dan mematangkan gagasan membentuk distributorship of e-Publishing, yang diharapkan suatu ketika dapat mengarah pada lahirnya sebuah “tokokatolik.com” di masa depan.
20171029_212132
Majalah HIDUP, satu-satunya penerbitan majalah yang menjadi anggota SEKSAMA, menyiapkan suplemen JEJAK untuk memperingati Pesta Perak SEKSAMA tahun 2013 ini.

Rapim paling akhir diselenggarakan di Wisma Unio Pusat Pastoral Keuskupan Malang, Jawa Timur, 23 – 25 Oktober 2013. Dalam Rapim kali ini, berhasil diselesaikan dan ditandatangani AD/ART, serta dikemukakan rencana Pesta Perak SEKSAMA, yang kemudian digabung dengan Pesta Emas Inter Mirifica.

Acara ini diselenggarakan oleh SEKSAMA dan Komisi Komsos KWI di Ruang Sidang Lantai 4, Gedung KWI, Kamis 5 Desember 2013, mulai pukul 16.30. Diisi Misa Syukur Konselebrasi yang dipimpin oleh Mgr. Petrus Turang (Ketua Komisi Komsos KWI), kemudian dilanjutkan  seminar bertema “Peran dan Tantangan Media Komunikasi dalam Pewartaan Iman di Era Digital” yang menghadirkan pembicara Mgr. Ignatius Suharyo (Ketua KWI), Bp. St. Sularto (Wakil Pemimpin Umum KOMPAS), serta Rm. Subroto Widjojo SJ & Bp. YB Priyanahadi yang mewakili para pendiri SEKSAMA.

2 respons untuk ‘25 Tahun Seksama & 50 Tahun Inter Mirifika

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s