Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat diperoleh penjelasan tentang “absurd” dan “benar/kebenaran”. Simaklah kedua entri tersebut:
Absurd: tidak masuk akal; mustahil
Benar: sesuai sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah. Bisa juga diartikan tidak berat sebelah; adil; lurus (hati); dapat dipercaya (cocok dg keadaan yg sesungguhnya); tidak bohong; sah; sungguh; sangat; sekali.
Kebenaran: keadaan yg cocok dg keadaan yg sesungguhnya; sesuatu yg sungguh-sungguh ada; kelurusan hati; kejujuran.
Sepekan ini kita dikagetkan oleh tayangan reality show berbagai stasiun televisi. Hari Selasa diputar reality show siaran langsung dari ruang sidang Mahkamah Konstitusi. Masyarakat segera merespons semua peristiwa itu. Ada yang percaya. Ada yang tidak percaya.
Ada segudang kesan yang dihasilkannya:
Sudah seperti itukah kehidupan berbangsa di Indonesia…? Sudah separah itukah moral pejabat dan segelintir masyarakat kita..? Ini realitas atau khayalan sih..? Yang mana yang benar yah…? Masa sih ada orang yang senekat itu..? Ini dramatisasi kehidupan, dramatisasi politik, dramatisasi korupsi atau dagelan..?
Kemarin malam reality show juga ditayangkan secara live oleh beberapa stasiun televisi dari ruang sidang DPR. Dengar pendapat antara jajaran kepolisian RI yang dipimpin langsung oleh Kapolri dengan para anggota Komisi III DPR RI.
Banyak orang terkaget-kaget dan terbingung-bingung (lagi) dengan peristiwa ini. Kapolri beserta jajarannya menanggapi semua persoalan yang ditanyakan kepadanya. Ada yang percaya. Ada yang tidak percaya.
Ada segudang kesan yang dihasilkannya:
Sudah seperti itukah kehidupan berbangsa di Indonesia…? Sudah separah itukah moral pejabat dan segelintir masyarakat kita..? Ini realitas atau khayalan sih..? Yang mana yang benar yah…? Masa sih ada orang yang senekat itu..? Ini dramatisasi kehidupan, dramatisasi politik, dramatisasi korupsi atau dagelan..?
Mari kita bertanya, mungkin hanya pada rumput-rumput yang bergoyang, seperti kata Kang Ebiet G Ade:
Inilah kebenaran yang sejati? Kalau bukan….. di manakah kebenaran yang sejati itu bersembunyi? Apakah kebenaran adalah sebuah keabsurditasan..?
Mari kita belajar dari ajakan keabadian:
Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi, angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.
Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar, pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.
Ia tidak takut kepada kaabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan. Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati. Ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan (MAZMUR 112).
Marilah Berdoa:
Allah Maha Segalanya, cabutlah benalu-benalu dari hatiku kebaskan duri-duri yang menancap pada akalbudiku campakkan dan hancurkan semua itu agar hatiku, akalbudiku menjadi bersih kembali menjadi layak sebagai tempat persemayaman Engkau sendiri. Amin
Salam dari keheningan kapel OBOR di lantai 7, selamat merayakan Jumat Pertama Bulan November agar hati kita semua semakin menyerupai Hati Kudus Yesus.
Agustinus Surianto Himawan