SETAHUN JEGEG & DUKA KELUARGA IBU HUBERTA SITI NURJANAH
Sesuai yang sudah dijanjikan, Sabtu, 30 September 2017, saya akan memimpin misa peringatan setahun meninggalnya ananda Theresia Hening Swasti Sinarestri, yang dilangsungkan di Kapel Susteran FMM, Regina Pacis, Bogor. Misa dimulai pukul 10 pagi dan sebagaimana peringatan 40 hari, 100 hari, pasti akan banyak tamu yang hadir serta melibatkan kelompok koor Paroki Katedral Bogor pimpinan Bapak Tarcisius Marhadi. Itu sebabnya peringatan tidak diadakan di rumah keluarganya, namun di Kapel FMM.
Kabar kematian Jegeg saya terima melalui telepon di kantor Dana Pensiun KWI, Podomoro City, Jakarta, Selasa sore, 11 Oktober 2016 dari ibundanya, Psikolog Agnes Insan, beberapa hari setelah hari pemakamannya. Saat itu saya masih bekerja rangkap di Kantor KWI (Senin, Rabu, dan Jumat), dan di Kantor DP-KWI (Selasa dan Kamis).
Theresia Hening Swasti Sinarestri, nama lengkap Jegeg, adalah putri pasutri Psikolog G.M. Susetyo dan Psikolog Agnes Insan, dipanggil Tuhan sangat mendadak di usia 13 tahun, saat tertidur lelap di samping bundanya, Jumat, 7 Oktober 2016, dinihari, di rumah keluarga di Perumahan Danau Bogor Raya. Misa Requiem diadakan pada Sabtu sore, 8 Oktober, serta pemakaman pada Minggu pagi, 9 Oktober di TPU Giritama, Tonjong, Kabupaten Bogor.
Psikolog Agnes Insan ambil bagian mendampingi dan membantu saya saat menjadi Direktur OBOR untuk memetakan potensi karyawan. Ia juga giat membantu pendampingan para frater calon imam diosesan KAJ sampai saat ini.
Wajah Jegeg tetap terbayang di benak saya karena ia pernah menjemput kami untuk rapat lanjutan di rumah keluarga ini saat kami melakukan pemetaan potensi pada 5-6 September 2015. Jegeg berdiri menanti kami di halaman kantor pemasaran Danau Bogor Raya untuk memandu kami menuju rumahnya. Namun kini Jegeg kini sudah berbahagia di rumah Bapak Surgawinya. Ia menjadi pendoa bagi ayah-bunda dan kangmas Oka yang amat disayanginya.
Saya bersyukur diperkenankan merayakan misa peringatan setahun meninggalnya Jegeg dalam perayaan yang diwarnai dekorasi nuansa Bali. Saya mengajak Rama FX Sutanta, Direktur OBOR pengganti saya, untuk bersama-sama memimpin perayaan. Namun kami berdua tak bisa berlama-lama dengan para tamu yang hadir karena secara mendadak juga ingin mendampingi keluarga Bapak Christoforus Sri Sunaryo memakamkan jenazah Bu Sri Sunaryo.
*****
Jumat siang, 29 September 2017, pukul 14.48 saya mendapat pesan singkat Whatsapp dari Mas Aries Satrio Prabowo, yang mengabarkan ibundanya sedang kritis di ICU RS PMI Bogor, setelah beberapa hari dirawat. Bahkan juga telah diberikan sakramen pengurapan orang sakit oleh Rama Lukas Wiganggo, Direktur PT Grafika Mardi Yuana, Bogor.
Ibu Huberta Siti Nurjanah (74 tahun), lebih dikenal sebagai Bu Sri, pensiunan guru pegawai negeri, memang telah beberapa bulan sakit, mulai dari stroke yang membuat bagian kanan tubuhnya tidak bisa aktif dan sulit berbicara, berkembang ke gangguan ginjal, infeksi kandung kemih serta gangguan pada fungsi paru-parunya yang membuatnya koma beberapa waktu terakhir.
Dua jam kemudian, pada pukul 16.44, Mas Aries mengirim kabar duka, ibundanya sudah dipanggil Tuhan. Saya menganjurkan agar keluarga segera menghubungi ketua lingkungan dan pastor setempat untuk mendapat pendampingan rohani yang dibutuhkan bagi almarhumah. Mereka empat bersaudara berbagi tugas, ada yang mengatur rumah, ada yang mengurus RS, dan ada juga yang menghubungi Rumah Duka Sinar Kasih untuk menyemayamkan jenazah sebelum dimakamkan.
Keluarga memutuskan untuk memakamkan ibunda mereka esok harinya, Sabtu siang 30 September. Tidak terlalu mudah meminta bantuan pastor paroki mengingat semua serba dadakan dan pemakaman pada hari sabtu saat mereka sibuk semua menyiapkan perayaan minggu. Jumat malam menjelang pukul 10 diinformasikan tidak ada pastor setempat yang bisa mendampingi misa requiem dan pelepasan jenazah. Rama Marselinus Wisnu Wardhana, Wadir PT GMY, bersedia memimpin misa requiem pukul 9 serta upacara pemakaman pukul 12 oleh prodiakon setempat.
Setelah rundingan bersama-sama mengatur waktu akhirnya saya memutuskan untuk mendampingi keluarga memakamkan almarhumah di tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Cimandala Permai, Kandang Roda, Ciluar, Kabupaten Bogor. Bersama Rama Sutanto saya berbagi tugas. Dia menjadi “supir” dan saya menjadi “modin” merangkap “navigator” dengan bantuan Simbah Google yang cerdas menemukan lokasi pemakaman.
Pemakaman dihadiri seluruh keluarga besar almarhumah: Pak Sri Sunaryo, pensiunan Zeni TNI-AD yang masih terlihat jagjag diusianya ke 78 saat ini, bersama putra-putrinya Eko, Ambar, Heni dan Aries, serta istri/suami dan anak-anak mereka. Hadir juga umat lingkungan setempat dari Paroki St. Andreas, Ciluar-Sukaraja, Bogor.
*****
Jegeg dan Bu Huberta selamat menikmati damai bersama Sang Pencipta.
Doakan kami semua yang masih dalam peziarahan di dunia ini agar bisa menjadi manusia sempurna yang kelak pantas ambil bagian berada dalam kebahagiaan bersama-Nya pula.
Agust Surianto Himawan
Silakan lihat juga di IG https://www.instagram.com/p/BLb2sKShQDX/?hl=en&taken-by=agustsuriantohimawan