Jumat pagi itu, tiba-tiba ‘timeline’ di berbagai media sosial ramai dengan ucapan duka dan foto Rama Markus Lukas. Yah, dia adalah imam diosesan dari Keuskupan Bogor, yang telah beberapa waktu mengalami sakit serius sehingga membutuhkan perawatan khusus di Rumah Sakit. Beberapa tahun lalu saat masih bertugas sebagai Pastor Paroki Fransiskus Assisi, Sukasari, ia juga pernah sakit cukup berat akibat gangguan pada tenggorokannya, sehingga membuatnya beberapa bulan hanya bisa berbicara dengan bisik-bisik saja.
Markus Lukas merupakan yang tertua dari kami teman seangkatan. Lahir di Pringsewu, Lampung Selatan, 23 Oktober 1955. Setamat STM Fransiskus Jakarta, setelah beberapa tahun bekerja ia memutuskan untuk menjadi imam, lalu melanjutkan mengikuti kelas KPA di Seminari Menengah Stella Maris Bogor.
Bergabung sebagai calon imam diosesan di Seminari Tinggi Petrus-Paulus, Buahbatu, Bandung, pada pertengahan 1982. Menerima tahbisan imam dari Mgr. Ignatius Harsono pada Minggu, 4 Februari 1990, di Gereja St. Paulus, Depok Lama, bersama dengan empat teman seangkatannya, yaitu Ridwan Amo, Agustinus Surianto Himawan, Agustinus Suyatno, dan Christoforus Lamen Sani, serta Yohanes Hardono dari angkatan di atas kami. Sebelum ditahbiskan menjadi imam ia pernah menjalani masa orientasi pastoral di Paroki Katedral Bogor, dan masa pastoral di Paroki Kristus Raja, Serang.

Masih komplit enam orang: Ferry, Yatno, Ridwan, Markus, Christo & Agust saat pertemuan refleksi tahunan di Cirebon, Kamis, 8-9 Februari 2018. Pertemuan-pertemuan tahunan berikutnya sudah tidak bisa komplit. Pertemuan di Rancamaya, Ciawi, 6-7 Februari 2019 kurang satu orang karena Ridwan sakit. Pertemuan di Wisma Vianney Kahuripan, Bogor, 10-11 Februari 2020 tidak diikuti Yatno yang sebulan sebelumnya meninggal dunia.
Tugas imamat dijalaninya sebagai pastor vikaris di Serang, sebagai Ketua Yayasan Mardi Yuana & Ketua MPK Keuskupan Bogor di Sukabumi, sebagai Pastor Paroki St. Joseph Sukabumi, sebagai Ekonom Keuskupan Bogor (Maret 2003 s.d. Des 2013) sambil merangkap ikut berpastoral di Katedral, sebagai Pastor Paroki Sukasari, sebagai pastor vikaris di Cibubur, lalu kembali lagi ke Katedral pada tahun-tahun terakhir. Di Dana Pensiun KWI ia cukup lama mengampu tugas sebagai anggota Dewan Pengawas, sekurang-kurangnya sejak menjadi Ekonom Keuskupan Bogor.
Menjadi Ekonom Keuskupan Bogor
Saya menjadi ekonom pertama di Keuskupan Bogor yang mulai membangun sistem tata kelola keuangan dan aset-aset Gereja. Tugas ini saya ampu selama dua periode, sejak masa kepemimpinan Mgr. Leo Soekoto SJ sebagai Administrator Apostolik ad Nutum Sanctae Sedes (1993-1994). Periode pertama lamanya tiga tahun dari Juli 1994 sampai 1997, dilanjutkan periode kedua, yang lamanya menjadi lima tahun dari Agustus 1997 sampai 2002, namun diperpanjang setengah tahun karena ada kegiatan amat penting, Sinode I Keuskupan Bogor, sehingga baru bisa diselesaikan pada 28 Februari 2002.
Ketika saya akan menyelesaikan periode kedua inilah nama Rama Markus Lukas saya ajukan sebagai satu-satunya calon pengganti. Usul diterima oleh Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM, Uskup Bogor pada waktu itu. Apakah karena ia teman seangkatan saya?
Pertimbangannya praktis saja, ia sudah berpengalaman memimpin Yayasan Mardi Yuana dan tidak mempunyai inner cycle yang kemungkinan bisa merecoki tugasnya sebagai ekonom. Apalagi sistem sudah disiapkan dengan memadai menggunakan aplikasi program akuntansi, yang dibuat terpadu dengan pengelolaan di tingkat paroki pada waktu itu. Sebagai tenaga operasional kantor ekonomat ditugaskanlah Mbak Lucia Yuniarti, yang sebelumnya merupakan karyawati PT Grafika Mardi Yuana. Dengan demikian sebagai ekonom tugasnya akan menjadi lebih ringan karena pekerjaan detil yang kecil-kecil akan dikerjakan oleh staf ekonomat.
Pengelompokan aset lancar terkait kebutuhan global keuskupan juga telah dilakukan sehingga diharapkan masa depan keuangan keuskupan akan aman terkendali, selama prinsip utama “tak boleh menebang satu dahan pun” dijaga dengan ketat. Hanya buah-buah dari hasil investasi lah yang boleh digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan keuskupan. Bagaimana kalau terjadi kekurangan dana? Itulah tugas Ekonom dan Dewan Keuangan Keuskupan untuk mencari dan melengkapi sumber-sumber pemasukan lainnya.
Semua sudah diatur dan tetap dijaga dengan baik agar nilai investasinya masih harus ditambah terus sampai memadai. Ada pos dana untuk subsidi Yayasan Mardi Yuana & subsidi pensiun karyawan lembaga-lembaga, ada pos dana untuk dua seminari milik Keuskuan Bogor, pos dana untuk pensiun karyawan wisma keuskupan, pos dana untuk pensiun imam-imam saat berusia 65 tahun, dan sebagainya. Apakah komitmen ini terus dijaga sampai sekarang?
Menurunnya Kondisi Fisik
Selepas mengampu tugas sebagai Ekonom Keuskupan Bogor, Rama Markus Lukas ditugaskan menjadi Pastor Paroki Sukasari. Pada masa ini datang cobaan cukup berat dalam hidup imamatnya ketika ia mengalami gangguan pada pita suara dan (mungkin) kelenjar getah bening, yang membuatnya berbulan-bulan sulit berkomunikasi karena harus dengan suara pelan berbisik-bisik. Ia kecewa? Pastilah, namun ia tidak putus asa, pelan-pelan ia berhasil bangkit memulihkan kesehatannya sampai normal kembali.
Pada waktu ia bertugas di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Cibubur, sekira bulan September 2021 terdeteksi adanya sel kanker dalam tubuhnya. Dua tahun ia harus menjalani terapi dan perawatan khusus sampai dinyatakan bersih total pada tahun 2023. Keluarga dokter Suryawinata (dulu dikenal dengan nama dokter Yong Beng) dan dokter Regina Suryawinata, istrinya, berperan aktif mendampingi proses pemulihannya, dibantu oleh Ibu Sanny Suryadewi dan kawan-kawannya.
Rama Markus Lukas dikenal sebagai imam yang rendah hati, yang siap melayani siapa saja dan kapan pun, bahkan saat sebagai penyintas kanker (cancer survival) di pastoran katedral ia selalu menjadi ‘pastor juru selamat’ yang siap melayani umat setempat tanpa kenal waktu, manakala para pastor lainnya sedang sibuk.
Tubuhnya memang kurus sehingga kami teman seangkatannya sering bergurau kalau dialah model iklan yang terpampang di televisi, atau pada papan-papan iklan di jalan raya yang mempromosikan susu Appeton Weight Gain, susu khusus untuk penambah berat badan ‘orang kerempeng’ yang populer sekian tahun lalu itu. Meskipun kurus-kerempeng namun ia tetap sanggup melayani umatnya kapan saja.
Bagi teman-teman seangkatannya, Markus Lukas memang dikenal sebagai seorang pendiam dan rendah hati. Jarang sekali ia bersikap frontal dan keras, namun hal ini jangan dianggap bahwa ia seorang yang lemah dan mudah dilecehkan. Kematangan usianya, yang praktis di atas kami semua teman seangkatannya, memampukannya untuk tampil beda.
Saat masih di Seminari Tinggi, pada masa puasa prapaskah kami sepakat untuk melaksanakan silentium saat makan siang bersama. Ada seorang frater yang tidak sanggup silentium. Meski sudah ditegur berkali-kali ia tetap masabodo. Tiba-tiba tanpa diduga, frater Markus Lukas yang waktu itu menjadi Ketua Rumah menghampirinya sambil membawa garpu, lalu diarahkan ke mata frater tukang berisik ini. “Sekali lagi kamu ngobrol, saya cungkil matamu”, kata frater Markus dengan serius. Hening seketika suasana makan siang hari itu.

Rama Agustinus Suyatno (kiri) dan Rama Markus Lukas (kanan) mengapit tiga imam Keuskupan Bogor, teman seangkatannya, selepas misa konselebrasi pembaruan janji imamat di Gereja Katedral Bogor pada Selasa, 16 April 2019.
Tepat dua bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-69, Rama Markus Lukas meninggal di RS Siloam MRCCC, Semanggi Jakarta, Jumat 23 Agustus 2024, pukul 04.44 WIB. Persis separuh dari hidupnya, 34½ tahun, diabdikannya sebagai imam bagi Umat Allah di Keuskupan Bogor.

Jenazah Rama Markus Lukas terbaring di depan ketiga saudara seimamatnya di Kapela Sacra Familia, Kompleks Katedral Bogor
Jenazahnya disemayamkan di Kapela Sacra Familia, komplek Katedral Bogor, dimakamkan pada Sabtu, 24 Agustus 2024 di pemakaman para romo TPBU St, Yusuf, Kalimulya, Depok.
Ia menyusul teman seangkatan kami, Rama Agustinus Suyatno, yang telah mendahului Sang Khalik pada 6 Januari 2020 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, setelah sebulan lebih dirawat di dua rumah sakit akibat kecelakaan tunggal yang dialaminya di jalan tol Jagorawi.
Rama Markus Lukas selamat jalan..!
Depok, 24 Agustus 2024
Agustinus Surianto Himawan