Kamis, 10 Agustus 2023, jagat maya diramaikan oleh berseliwerannya info tentang Mgr. Tikno, Uskup Surabaya, yang sudah beberapa waktu lamanya dirawat di RS RKZ Surabaya. Ada yang berisi ajakan doa bagi kesembuhan Mgr. Tikno. Ada juga yang menginformasikan meninggalnyanya Uskup Surabaya ini. Kepastian baru diperoleh ketika RD Paulus Febrianto, Sekretaris Keuskupan Surabaya, mengirimkan info resmi bahwa Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono telah meninggal dunia pada pukul 10.29 pagi ini.
Da Vinci Code & Opus Dei
Februari 2005 sampai Januari 2007 saya bertugas sebagai pastor di Paroki St. Joseph, Sukabumi, di selatan Jawa Barat. Waktu itu terbit buku The Da Vinci Code, karya Dan Brown, terjemahan Bahasa Indonesia (2006) dari edisi asli berbahasa Inggris (2003). Langsung heboh. Banyak pihak merasa isinya kelewat kontroversial, apalagi banyak memuat uraian yang tidak akurat secara historis, melenceng dari sudut pandangan iman kekristenan.
Namanya juga novel, sebuah kisah fiksi yang menurut Brown menggunakan fakta historis yang benar. Masa sih? Banyak ahli menyanggah otentisitas latar belakang historis novel yang jauh dari kebenaran ini, bahkan cenderung berisi fitnah dan penghinaan, serta melenceng secara historis maupun teologis. Akan berbeda kalau kita membacanya sebagai novel, tidak lain, semacam novel detektif misterius yang merepresentasikan berbagai spekulasi sejarah dan ajaran iman di latar ceritanya.
The Da Vinci Code secara serampangan juga menghadirkan Opus Dei, sebuah organisasi yang dipandang amat konservatif, berhadapan dengan kelompok Biarawan Sion (Sionis Prioratus) , Ksatria Templar (Knights Templar), dan lain-lain.
Mengenal Opus Dei di Indonesia
Ketika mulai berkarya di OBOR, bersama Tim Redaksi Penerbit saya ingin memuat informasi yang akurat tentang Opus Dei dari sudut pandang Opus Dei sendiri. Sebenarnya, sebelum saya masuk di OBOR pun, para redaktur telah mengusahakan menerbitkan buku tentang Opus Dei pada akhir 2006, bertajuk Opus Dei dan Da Vinci Code, sebagai sebuah cara sederhana meluruskan pandangan umat yang bisa dikelirukan akibat membaca novelnya Dan Brown.
Gayung bersambut, Tuhan mempertemukan saya dengan seorang imam Opus Dei asal Indonesia, Romo F.X. Zen Taufik, yang sekian tahun sebelumnya pernah bertemu di GMY Bogor, ketika ia ingin menerbitkan buku CAMINO, yang artinya JALAN, karya Josemaría Escrivá, seorang Santo yang dikanonisasikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 6 Oktober 2002.
Romo Zen berkenan mencarikan buku tentang sang pendiri Opus Dei yang paling pas, ditulis oleh orang dekatnya sendiri, yaitu Au pas de Dieu, karya François Gondrand, sekretaris pribadi Santo Escrivá. Romo Zen juga membantu menguruskan masalah hak cipta dengan si penulis maupun penerbit aslinya di Prancis.
“Apakah Romo berani menerbitkan buku ini?”, tanya Romo Zen melihat kesungguhan saya pada waktu itu.
“Loh, OBOR ini penerbit Katolik, milik KWI, masa sih tidak berani menerbitkannya. Apalagi Santo Escrivá kan orang kudus Katolik, tidak mungkin Vatikan serampangan menganonisasikan seseorang menjadi Santo atau Santa. Buku tentang Pater Beek SJ, dedengkot Kasebul (Kaderisasi Sebulan) saja saya berani terbitkan; Bukankah ia juga tokoh yang selama ini dipandang kontroversial oleh banyak orang, bahkan oleh kalangan Katolik maupun kalangan Yesuit sendiri.”
Akhirnya, semua mimpi bisa diwujudkan, walaupun melalui perjalanan Panjang dan melelahkan, melalui proses penerjemahan dan pengeditan berulang-ulang. “Seirama Langkah Tuhan” itulah nama yang disepakati untuk ‘membaptis’ jabang bayi yang dinanti-nanti sekian tahun.


Mgr. Sutikno dan Opus Dei
Ketika nama Vincentius Sutikno Wisaksono pada bulan April 2007 diumumkan sebagai uskup terpilih untuk Keuskupan Surabaya, banyak orang tampak harap-harap cemas. Apalagi bagi mereka yang mengenalnya amat dekat dengan kelompok Opus Dei semasa studi doktoralnya di Filipina, tentu akan mudah mengaitkan semuanya.
“Apakah kedekatan dengan sebuah kelompok dapat ditafsirkan bahwa saya bagian dari kelompok itu?”, tanya Mgr. Sutikno kepada orang-orang yang meragukan dirinya. “Sebagai Uskup Surabaya saya berwenang menjalin kerja sama dan mengayomi kelompok mana pun yang ingin bersama-sama berkarya memberdayakan umat Allah di Keuskupan ini”, tegasnya.
Opus Dei adalah sebuah Prelatur Personal yang tunduk pada Bapa Suci dalam karya misinya, memberi perhatian khusus kepada kaum awam Kristiani dari latar belakang apapun untuk ambil bagian menyucikan dunia dengan menyucikan dirinya. Kesucian bukanlah monopoli kaum berjubah, tetapi hak setiap orang Kristiani. Kaum Awam bukanlah warga kelas dua dari Gereja yang satu ini, maka mereka harus didampingi secara khusus untuk menghayati hidupnya sesuai semangat injil.
Opus Dei siap memberikan berbagai bentuk pelatihan kerohanian bagi Umat Awam agar mereka menghayati pekerjaannya sehari-hari sebagai ‘doa’ dan ‘sarana mewartakan kabar sukacita Allah’; menyebarkan kekudusan di tengah-tengah dunia melalui dirinya.
Opus Dei didirikan oleh seorang imam asal Spanyol, Josemaría Escrivá, pada 2 Oktober 1928. Paus Yohanes Paulus II menjadikannya sebagai Prelatur Personal tingkat internasional pada 28 November 1982.


Prelatur Personal adalah sebuah lembaga otonom yang merupakan bagian dari struktur hierarkis Gereja namun memiliki kekhasan tugas, dipimpin oleh seorang Prelat berstatus Imam, atau Uskup, yang ditunjuk oleh Paus untuk memimpin keprelaturannya sesuai dengan kuasa yurisdiksinya.
Semangat memberdayakan Umat Awam di ‘tengah dunia’ harus senantiasa dirawat dan dilanjutkan. Pendampingan bagi mereka untuk memiliki hidup rohani yang sehat, bahkan setara kaum berjubah, menghayati kesucian dengan menguduskan dirinya di medan karya sehari-hari, di dunia usaha dan dunia profesional adalah keniscayaan yang sudah diwariskan oleh Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono. Semoga tetap terawat dengan baik.
Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, selamat jalan menuju keabadian…!
Depok, 10 Agustus 2023
Agustinus Surianto Himawan
😇🙏🏻
SukaSuka